BILA saja kita mau melihat kenyataan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ibarat anak kita yang terlahir cacat, tentu memang harus ada perlakuan khusus kepadanya. Tidak mungkin dan terlalu naif jika kita membiarkan, apalagi menuntut mereka berkompetisi dengan anak yang lahir sempurna pada tataran yang sama. Sangat tidak adil.
Ada tiga akses penting yang harus dimiliki oleh pengusaha, pertama akses pasar, sebagai jaminan cash flow nantinya yang akan menjadi darah pengusaha. Yang kedua akses modal yang banyak menjadi alasan klasik mengapa usaha tidak berkembang. Yang ketiga adalah akses teknologi, yang merupakan bagian terkuat bagi kebanyakan pengusaha warnet, sekaligus menjadi faktor yang paling membahayakan juga karena kebanyakan pengusaha warnet terlalu percaya diri akan kemampuan teknisnya sehingga mengabaikan 2 akses penting pertama.
Rasanya semua orang berbicara tentang pengembangan UMKM, tetapi konsep yang dibikin sering tidak "nyambung" dengan kondisi lapangan. Selama ini, kesan klasik yang dialamatkan pada UMKM adalah mereka butuh modal (dana). Padahal, bukan modal satu-satunya yang menjadi kendala mereka. Berbagai persoalan lainnya juga melingkari mereka dan sulit diputus. Misalnya, soal akses pasar, manajemen yang amburadul, dan sebagainya.
Model bisnis modal ventura sendiri relatif masih belum sukses di indonesia, salah satu perusahaan ventura daerah mengalami kemacetan sampai level 70 % dari total penyaluran dana ke perusahaan pasangan usaha. Ini disebabkan karena spektrum usaha pasangan usaha yang terlalu luas,mulai dari kerajinan tangan, industri makanan, industri kerajinan tangan sampai industri programable logic control, biro desain dan ISP. Sehingga perusahaan modalventura harus bekerja keras memahami perbedaan di perusahaan pasangan usahanya.
Melihat pelajaran tersebut adalah suatu hal yang baik, jika industri modal ventura itu sendiri dapat lebih fokus, sehingga perusahaan modal ventura bisa berkonsentrasi dalam menangani perusahaan pasangan usahanya dalam ketiga aspek akses usaha tersebut diatas (pasar, modal dan teknologi). Salah satu pasar yang menarik untuk dapat dijadikan fokus modal ventura adalah pasar Internet, dari hulu ISP sampai ke hilir garda terdepannya dalam hal ini adalah Warnet.
Dengan perusahaan pasangan usaha yang fokus, Perusahaan modal ventura dapat mengontrol secara detaildan real time apa yang terjadi diperusahaan pasangan usahanya, apalagi struktur teknologi internet memungkinkan agar hal tersebut terjadi, sehingga tingkat kesulitan kontrol perusahaan modal ventura adalah sama, baik itu dalam mengawasi 20, 40, 100 atau 1000 warnet
Di sisi lain keberadaan modal ventura khusus untuk Internet akan dapat membantu pemerintah untuk percepatan akses internet sesuai target WSIS yaitu 50% penduduk terhubung ke internet pada tahun 2015. Perluasan penggunaan internet melalui sistem pendanaan Ventura akan terasa lebih efisien, Jika dalam anggaran APBN Kominfo,Pendirian CAP (community akses Point) memerlukan dana sebesar 18 Milyard untuk 66 Lokasi CAP. Dengan modus modal Ventura dana senilai 18 milyard tersebut dapat digunakan untuk membangun warnet yang kemudian berfungsi sebagai CAP Independen, dengan Jumlah CAP sebanyak 50 unit, dan dengan efek revolving fund yang mampu menumbuhkan 2 warnet/CAP independen baru setiap bulannya.
Pembiayaan oleh perusahaan modal ventura (MV) adalah pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal (investasi) ke dalam perusahaan pasangan usaha (PPU) untuk jangka waktu tertentu, tidak permanen. Pembiayaan oleh MV merupakan salah satu dari berbagai alternatif sumber pembiayaan usaha di samping penyertaan saham oleh pemegang saham, kredit bank, leasing (sewa guna usaha), factoring (anjak piutang), dan kredit supplier (pemasok). Dan pada prakteknya Perusahaan modal ventura dapat melakukan semua jenis varian sumber pendanaan tersebut.
Melalui modal ventura juga, efisiensi diperusahaan mitra dapat terjadi melalui sharing resource di beberapa pekerjaan strategis yang membutuhkan sumber daya mahal, seperti Akuntan Profesional,support teknis,dan lainnya.
Investasi oleh MV bukanlah investasi biasa, melainkan investasi bersifat kemitraan untuk pengembangan usaha dengan pendekatan holistik. Dengan demikian, pembiayaan oleh MV ikut menanggung risiko bisnis. Sifat tidak permanen dan ikut menanggung risiko bisnis dari investasi oleh MV ditunjukkan dalam bentuk divestasi (melepaskan investasi) pada waktunya dengan memperoleh hasil penanaman modal (capital gain).
Di Indonesia, peran MV dalam pembiayaan kepada UKM tidak bisa dilepaskan dari orientasi MV sebagai lembaga pembiayaan pembangunan (development financing institution) yang menerapkan pembiayaan yang tetap mengindahkan cara berusaha yang sehat. Peran lainnya, yang terutama, adalah membina UKM yang belum bankable menjadi bankable (layak mendapat kredit).
Sejarah pun telah membuktikan bahwa General Capital Electric, Microsoft, Apple, dan Dell Computer tumbuh berkembang karena pada awalnya dibiayai oleh modal ventura.
Sayangnya, ketiga jenis pembiayaan yang "ditawarkan" model MV itu kurang akrab di kalangan masyarakat, khususnya UMKM, sebab memang di situlah letak masalahnya. Banyak usaha yang belum berbentuk PT. Ada keengganan pengusaha untuk menukar obligasi konversi menjadi saham MV pada saat usaha sudah maju.
Sedangkan jenis bagi hasil dianggap "berat sebelah" karena pengusaha UMKM yang kerja keras, sementara MV tinggal tunggu hasilnya. Padahal, tidak demikian adanya sebab MV juga berupaya keras untuk memajukan PPU dengan bantuan teknis, manajemen, akses pasar, dan sebagainya.
Memang masih diperlukan upaya keras secara bersama untuk membangun kesadaran pelaku UMKM agar mereka mengerti berbagai pola dan instrumen yang dapat digunakan untuk maju.
Nizar G Bunyamin
Ketua Bidang Kerjasama
Asosiasi Warung Internet Indonesia